
Berguru pada ketidakmampuan ternyata membawa suatu kenikmatan tersendiri bagi setiap kalangan yang mencoba untuk mencari jati dirinya. Seperti ayam yang cacing-cacing kecil di dalam tanah tanpa apapun dia berusaha mencarinya. Ilmu itu hanyalah sebuah prolog yang terus berkembang seiring ideologi manusia yang terus beragam disana ilmu berkembang biak bagaikan ulat yang bermetamorfosis setiap saat. Dalam setiap lubuk hati manusia tersimpan ilmu jiwa yang murni adanya, hanya celoteh dari ekstrinsik lah yang menghubah pandangan hati kita. Otak berproses mengubah suatu yang tidak mungkin menjadi mungkin tetapi otak kita memounyai limit yang pasti. Kepintaran otak dan hati akan sinambung seiring manusia telah mancapai arti dari kepintaran. Kita dapat lihat contohnya apa yang dikerjakan arsitektur dalam pekerjaannya. Apakah dia bekerja dengan hati atau otak? Jawabannya adalah dua-duanya. Ya, jika dia mempunyai rencana untuk membuat suatu bangunan dia bertanya-tanya bagaimana dia akan memulai semuanya, disanalah hati mulai bekerja bagaimana estetika berbicara, selanjutnya kerja otak yang mendengarkan dan memikirkan hasil dari dorongan hati itu. Aka dari itu ketidakmampuan itu berasal dari kepintaran menurut saya. Sebenarnya kita pintar untuk melakukan sesuatu tetapi karena kita tidak mampu kita akan memikirkan bagaimana melakukannya dan akhirnya kitapun pintar melakukan sesuatu itu.
“Seperti manusia yang berasal dari tanah, melakukan hal di dunia, dan akan kembali ke tanah. Orang yang pintar seharusnya tidak akan sombong karena dia berasal dari orang yang tidak mampu apa-apa”
0 komentar:
Posting Komentar